Sekarang ini di internet banyak yang membuat User Generated Content (UGC). Termasuk bagi para pebisnis online, mereka menggunakan User Generated Content dari para pelanggan/ tersebut untuk mendorong penjualan.
Pada era digital, banyak pelanggan yang menghasilkan konten berkualitas untuk perusahaan di berbagai belahan dunia.
Namun beberapa perusahaan masih belum terlalu menyadari bahwa betapa berharganya user generated content ini.
Bahkan, konten yang dibuat pengguna dapat lebih efektif dalam mendorong penjualan daripada konten yang Anda buat sendiri.
Itu karena seorang prospek lebih mungkin untuk percaya dengan apa yang dikatakan teman-temannya.
Bagi mereka, konten yang dibuat oleh pengguna sendiri itu lebih otentik, lebih dapat dipercaya.
Sebuah studi oleh Reevoo menemukan bahwa “70% dari konsumen tempat rekomendasi rekan dan ulasan di atas konten profesional ditulis.”
Konten yang dibuat pengguna bisa lebih efektif dalam mendorong penjualan dari konten yang Anda buat sendiri.
Menggunakan User Generated Content sangat membantu ketika ingin mendorong penjualan.
Table of Contents
Apa itu user-generated content?
UGC adalah konten yang dibuat atau dihasilkan oleh audiens (baik itu customer ataupun bukan) dari sebuah brand itu sendiri.
Sederhanya UGC adalah konten yang dihasilkan dari user atau penggunanya sendiri.
Konten itu bisa dari ulasan, sosial media atau posting forum, biasanya untuk testimonial dan posting blog.
Singkatnya, UGC adalah setiap jenis konten yang relevan untuk perusahaan dan menciptakan oleh pengguna.
Tentu saja, tidak semua jenis konten – UGC atau sebaliknya – bisa membantu mendorong penjualan.
Konten harus menargetkan pengguna pada titik tertentu dalam siklus penjualan, dan pindah ke titik berikutnya (idealnya, melakukan pembelian atau menjadi pelanggan).
Mari kita lihat jenis UGC apa yang paling efektif dalam mendorong penjualan dan bagaimana Anda dapat memanfaatkan mereka dalam proses marketing Anda.
Ulasan Pengguna
Ulasan atau review menjadi bentuk yang paling umum dari UGC, dan jika dihubungkan dengan penjualan, menjadi tipe yang paling penting.
Menurut statistik dari Econsultancy , “61% dari pelanggan membaca ulasan online sebelum membuat keputusan pembelian” dan “63% dari pelanggan lebih mungkin untuk melakukan pembelian dari website yang memiliki ulasan pengguna.”
Ketika Anda ingin mendorong pelanggan dengan menulis ulasan dan menggabungkan ulasan ke website Anda, Ada beberapa pilihan untuk mengaplikasikannya.
Ada tool seperti Reevoo dan TrustPilot untuk meminta pelanggan meninggalkan ulasan dan menyediakan widget ke link halaman ulasan website Anda.
Tool tersebut sangat berguna, tetapi hanya sebagai alat untuk mengulas suatu bisnis secara keseluruhan.
Jika Anda memiliki sebuah toko online atau e-commerce, Anda harus menyediakan cara bagi pelanggan untuk dapat mengulas produk tertentu dan menampilkan ulasan tersebut pada halaman produk Anda.
Jika tidak, Anda akan kehilangan kesempatan besar.
Karena itu akan sangat berharga dalam membantu mengurangi keraguan pada sebuah produk, yang merupakan salah satu alasan utama mengapa orang tidak membeli produk Anda.
Jika Anda menggunakan platform Shopify pada toko online Anda, akan dengan mudah mengintegrasikan ulasan produk ke website menggunakan plug-in seperti Product Reviews atau Yotpo.
Terlepas dari platform review, satu hal yang selalu berlaku: Jika Anda ingin ulasan, Anda harus meminta mereka.
Tentu, beberapa pelanggan akan meninggalkan ulasan tanpa diminta, tetapi Anda bisa mendapatkan jauh lebih banyak ulasan jika Anda meminta mereka.
Platform Ulasan yang bagus dapat dikonfigurasi sesuai dengan yang Anda inginkan.
Atau, kebanyakan platform email marketing memungkinkan Anda untuk membuat alur kerja otomatis yang dapat mengirim email ke pelanggan setelah mereka menerima produk/jasa yang mereka beli dan meminta mereka untuk memberi ulasan.
Testimonial
Sebuah testimonial mirip dengan ulasan . Sekarang ini, banyak testimonial mulai dianggap sebagai ulasan.
Testimonial bisa lebih rinci dibandingkan ulasan, tapi perbedaan testimonial dengan ulasan adalah bahwa Anda bisa memilih testimonial mana yang ingin ditampilkan.
Berikut ini adalah contoh dari testimonial:
Anda memiliki kontrol terhadap testimonial yang ditampilkan, namun berarti kepercayaan pada testimonial tidak sebesar pada ulasan.
Karena Anda biasanya hanya menampilkan testimonial yang bagus saja.
Anda berarti tidak harus menampilkan bagian testimonial ini pada website Anda.
Hal yang mudah untuk mendapatkan testimonial.
Anda dapat mengambil cuplikan dari ulasan yang ada atau jika Anda ingin lebih yang lebih panjang, Anda bisa membuat format alternative lain seperti video misalnya.
Anda bisa meminta pelanggan Anda yang loyal atau sangat senang dengan produk Anda, untuk pembuatan video testimonial.
Bonus tips: Sebuah hadiah kecil sebagai ucapan terima kasih dapat meningkatkan kemungkinan bahwa mereka bersedia membuat testimonial.
Konten komunitas
Anda mungkin tidak berpikir tentang pertanyaan pelanggan Anda ‘sebagai bentuk berharga UGC.
Sebenarnya, setiap kali pelanggan mempunyai pertanyaan tentang produk Anda secara online, mereka berarti mempunyai minat terhadap produk/bisnis Anda.
Berikut alasannya.
Pertama-tama, jika ada pertanyaan (dan dijawab) pada platform umum seperti forum, konten – konten tersbut bisa Anda jangkau, diindeks, dan memiliki potensi untuk mengirimkan traffic berkualitas.
Tapi masih ada lagi.
Jika produk Anda sudah sangat familiar akan membuat antisipasi pertanyaan pelanggan yang sulit.
Bahkan bisa lebih sulit bagi pelanggan Anda untuk membuat pertanyaannya.
Jadi hati-hati juga membuat bagian Frequently Asked Question (FAQ). Jangan sampai terlalu jauh memikirkan pertanyaan apa yang muncul dari pelanggan.
Karena Anda bisa kehilangan kesempatan untuk mendapatkan konten dari komunitas pelanggan Anda.
Kontes
Kompetisi dapat menjadi cara yang sangat baik untuk memotivasi pelanggan untuk membuat konten.
Sebagai pertukaran bagi kesempatan untuk memenangkan hadiah, pelanggan diminta untuk membuat dan mengirimkan sesuatu – biasanya foto, tapi bisa juga video atau bahkan sepotong konten yang tertulis.
Namun ingat bahwa semakin Anda “meminta” konten, biasanya semakin sedikit konten yang diterima.
Mari kita lihat contoh.
Untuk mempromosikan peluncuran tempat minum yang dapat digunakan kembali.
Starbucks meminta pelanggan untuk bebas membuat gambar pada tempat minum berwarna putih dan mengirimkan foto dari desain yang dibuat menggunakan hashtag #whitecupcontest pada Instagram atau Twitter.
Desain yang menang di bawah ini dicetak pada tempat minum yang dapat digunakan kembali, namun jumlahnya terbatas.
Meskipun hadiahnya yang relatif kecil (ketika Anda melihat Starbucks sebagai bisnis global), hanya Starbucks gift card senilai $300 dan 25 tempat minum yang dapat digunakan kembali edisi terbatas, tapi lebih dari 4.000 desain yang mengikuti kontes.
Kita dapat mengasumsikan kontes ini berhasil mendorong penjualan.
- Meskipun untuk masuk dalam kontes itu “tidak ada pembelian yang diperlukan” (orang bisa berpartisipasi dengan mengirimkan gambar mereka pada tempat minum putih), kondisi yang tidak dipublikasikan secara luas. Namun Anda bisa tahu bahwa beberapa penjualan yang dihasilkan dari orang-orang membeli secangkir (dan isinya) di Starbucks, sehingga mereka bisa ambil bagian dalam kontes.
- Kontes inimembantu untuk mempublikasikan tempat minum yang dapat digunakan kembali milik Starbucks ‘, yang bisa membantu meningkatkan penjualan saat dan setelah kontes berlangsung, ketika orang ingin mendapatkan tempat minum edisi terbatas tersebut.
- Apa pun yang menghasilkan promosi untuk sebuah brand, secara alami akan membantu meningkatkan penjualan.
Konten sosial
Menggunakan User generated content di sosial media adalah keuntungan besar bagi sebuah bisnis, meskipun ada satu hambatan besar, konsumen di sosial media jarang untuk membeli.
Namun perlahan hal tersebut berubah.
Platform seperti Instagram membombardir konsumen dengan iklan Instagram, sementara itu iklan Facebook juga sudah banyak menunjukan keampuhannya untuk retargeting.
Konsumen harus menyesuaikan diri dengan iklan di sosial media, tapi itu tidak berarti mereka menyukainya.
Anda bisa mendapatkan sedikit hambatan di sini, namun Anda bisa meningkatkan efektivitas sosial media marketing Anda dengan menggunakan User Generated Content.
Untuk melakukan hal ini, minta pelanggan Anda untuk berbagi UGC sosial yang relevan, dengan tag (menandai) brand bisnis Anda (bisa juga dengan hashtag).
Belkin melakukan ini ketika bermitra dengan LEGO untuk merancang casing iphone.
Pelanggan diminta untuk mengirimkan foto tentang bagaimana mereka telah menggunakan casing iphone dan menggunakan hashtag #legoxbelkin.
Ingat kampanye Coca-Cola Share Coke? Ini membuat peningkatan 2% dalam penjualan di AS .
Tentu, sebagian besar dari itu karena faktor membeli botol Coca-Cola dengan nama Anda di atasnya, tapi tidak diragukan bahwa interaksi sosial meningkat karena kampanye tersebut memainkan peran juga.
Pelanggan diminta untuk berbagi foto mereka di sosial media dengan botol Coca-Cola bertuliskan nama mereka menggunakan hashtag #ShareaCoke.
Kampanye inovatif ini adalah contoh yang bagus bagaimana UGC dapat digunakan untuk meningkatkan kesadaran produk (brand awareness) dan kemudian mendorong penjualan.
Ini jauh lebih efektif daripada sebuah brand yang mengahasilkan konten sendiri.
Contoh di atas menunjukan dukungan asli dari pelanggan, tidak ada alasan lain bagi pelanggan untuk mengirim gambar tersebut selain fakta bahwa mereka menyukai brand dan produk tersebut.
Menggunakan User Generated Content: Hasil Negatif yang Bisa Muncul
Meskipun begitu, UGC tidak selalu menghasilkan hal yang positif.
Risiko negatif akan meningkat ketika Anda menjalankan kampanye yang meminta pengguna untuk mengirimkan konten melalui sosial media (menggunakan hashtag) daripada langsung kepada Anda (email atau Direct messages).
McDonald Amerika meminta pelanggan untuk mengirimkan pengalaman fantastis mereka di restoran lokal mereka menggunakan hashtag #McDStories.
Kampanye itu bisa tidak menguntungkan bagi McDonald karena bisa mendapat respon negatif seperti di bawah ini.
Departemen Kepolisian New York juga mendapat masalah yang sama ketika meminta masyarakat untuk berbagi foto mereka dengan NYPD di Twitter, menggunakan hashtag #myNYPD.
NYPD mengharapkan foto yang seperti ini:
Namun, ada juga yang upload foto seperti di bawah ini:
Sayangnya, tidak mungkin untuk mencegah hal negatif terjadi, tetapi Anda dapat meminimalkan risikonya.
Sebelum melaksanakan kampanye yang dirancang untuk melibatkan pelanggan dan menghasilkan UGC, Anda perlu membicarakannya dengan tim Anda.
Brainstorming semua hasil negatif yang mungkin muncul, dan jika perlu, pilih/buat strategi yang paling atau bisa meminilkan risiko.
Kesimpulan
Itulah cara menggunakan User Generated Content untuk mendorong penjualan.
UGC adalah sebuah alat untuk mendorong penjualan dengan biaya yang sedikit untuk bisnis Anda.
Namun Anda juga harus berhati-hati dalam menggunakan User Generated Content tersebut, ketika membuat kampanye di ruang public seperti sosial media.
Karena hal itu bisa sangat menguntunkan Anda, atau malah menjadi boomerang yang memberi efek negatif bagi bisnis Anda.
Apakah Anda punya metode menggunakan user generated content yang lain? Anda bisa berbagi dengan DigitalMarketer.id pada kolom komentar di bawah ini.